Laman

Minggu, 10 Januari 2010

Memudarnya Budaya Mendongeng di Kalangan Pendidik

KATA PENGANTAR


Puji syukur Ke-hadirat Tuhan YME atas segala kemudahan yang diberikan, sehingga makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Memudarnya Budaya Mendongeng di Kalangan Pendidik” dapat diselesaikan tepat waktu. Penulis mengambil judul tersebut karena kegiatan mendongeng sudah sangat jarang dilakukan kaum pendidik. Penulis menyadari apa yang ditulis belum sepenuhnya sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Agar kekeliruan yang sama tidak terjadi kembali dalam makalah kami selanjutnya. Semoga apa yang ditulis dapat memberi sedikit pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.






PENDAHULUAN


Mengarang, mengarang dan selalu mengarang. Begitulah kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang pernah aku alami dan bahkan masih dialami oleh sebagian besar siswa SD masa kini. Seharusnya pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang menyenangkan, terutama bagi siswa SD. Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai cakupan yang luas untuk dipelajari. Tapi kebanyakan pendidik hanya materi yang lebih praktis, misalnya saja mengarang. Mereka beranggapan bahwa mengarang juga sudah termasuk dalam usaha membelajarkan siswa untuk aktif. Memang mengarang dapat membuat siswa aktif menggali imajinasinya, namun apabila setiap hari diminta mengarang anak akan merasa jenuh. Sejatinya ada berbagai bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pendidik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, misalnya mendongeng. Mendongeng menjadi sesuatu yang langka dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan dalih waktu dan tidak punya bakat, mereka menomorsekiankan mendongeng. Padahal apabila mereka mau mengkaji kembali, mendongeng merupakan kegiatan yang sarat akan manfaat.
Makalah ini akan membahas mengenai penyebab memudarnya budaya mendongeng di kalangan pendidik dan manfaat dari mendongeng bagi peserta didik. Dengan pembahasan mengenai mendongeng tersebut, diharapkan pembaca mampu memaknai mendongeng sebagai suatu bentuk pengajaran yang efektif dan mampu menggiatkan kembali budaya mendongeng di kalangan pendidik.


PEMBAHASAN


Penyebab Memudarnya Budaya Mendongeng di Kalangan Pendidik

Mendongeng menjadi kegiatan yang langka dalam dunia pendidikan. Padahal kegiatan mendengarkan dongeng atau cerita bagi anak sangat diidamkan. Namun mengapa banyak pendidik yang melupakannya. Ada beberapa alasan mengapa pendidik jarang memasukkan mendongeng sebagai kegiatan dalam kelas. Adapun latar belakang seorang pendidik tidak mengikutsertakan mendongeng dalam pembelajaran antara lain : Pertama, mendongeng merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal inilah yang membuat para pendidik enggan melakukan kegiatan mendongeng. Mereka beranggapan bahwa lebih baik waktu yang banyak tersebut digunakan untuk memberikan materi lain daripada digunakan untuk mendongeng. Apabila dicermati lebih dalam, waktu yang diperlukan untuk mendongeng tidak sebanding dengan banyaknya menfaat yang diperoleh dari mendongeng. Kedua, kurangnya kemampuan dan kemauan pendidik dalam mendongeng. Kebanyakan pendidik beranggapan bahwa mendongeng adalah suatu kegitan yang harus ditunjang oleh bakat. Saya tidak berbakat mendongeng jadi saya tidak memasukkan mendongeng sebagai kegiatan pembelajaran, begitulah alasan mereka. Jika mereka memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan dalam mendongeng, maka bukan tidak mungkin mendongeng menjadi sangat menyenangkan. Kemampuan yang minim apabila diikuti dengan kemauan yang tinggi akan dapat menghasilkan kemampuan yang maksimal. Tetapi sayangnya para pendidik tidak memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Ketiga, tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi. Para pendidik lebih mengejar apa yang dibebankan dalam kurikulum daripada mengedepankan aspek afektif yang dapat diperoleh peserta didik melalui mendongeng. Para pendidik mengedepankan aspek kognitif yang harus dicapai peserta didik. Pendidik beranggapan bahwa yang penting tuntutan kurikulum telah terpenuhi. Pembentukan perilaku anak dinomorsekiankan. Keempat, terbatasnya bahan yang dapat dijadikan dongeng. Pendidik tidak mau mencari bahan yang dapat digunakan untuk mendongeng. Mereka hanya mengandalkan yang ada pada buku teks atau pada perpustakaan yang ada di sekolah. Padahal di jaman yang serba canggih ini para pendidik seharusnya bisa memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai media yang ada. Mereka dapat mencari bahan untuk mendongeng lewat internet atau majalah anak.




Manfaat Mendongeng bagi Peserta Didik

Sebenarnya terkikisnya budaya mendongeng di kalangan pendidik sangat merugikan bagi peserta didik, bahkan bagi pendidik. Karena dibalik kegiatan mendongeng ternyata tersimpan banyak manfaat. Pertama, mengaktifkan otak kanan. Tanpa disadari dongeng yang diberikan akan membekas dalam otak peserta didik. Penggabungan otak kiri dan otak kanan (dongeng) dalam konteks pembelajaran peserta didik akan mudah dicerna dan tersimpan dalam memori otak dalam waktu yang lebih lama bila dibanding dengan hanya otak kiri saja yang bekerja optimal. Kedua, memberikan teladan. Salah satu manfaat yang dapat diambil melalui aktivitas mendongeng adalah dapat memberikan teladan yang baik bagi peserta didik. Pendidik dapat memberikan contoh sikap-sikap atau perbuatan-perbuatan terpuji yang harus dikembangkan dan sikap-sikap atau perbuatan-perbuatan buruk yang tidak boleh dilakukan. Ketiga, memotivasi peserta didik. Biasanya seorang anak ketika mendengarkan sebuah dongeng, kemudian akan berimajinasi sebagai tokoh protagonis yang berhasil memecahkan masalah dalam cerita tersebut. Seorang anak senantiasa membayangakan dirinya sebagai jagoan dalam sebuah cerita. Disinilah kesempatan pendidik untuk dapat menyemangati dan memotivasi peserta didik melalui sebuah dongeng. Keempat, menumbuhkan empati. Dengan mendengarkan sebuah dongeng, peserta didik akan turut merasakan apa yang terjadi dalam dongeng tersebut. Kelima, mengasah daya piker dan imajinasi. Peseta didik dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lala-kelamaan peserta didik dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Keenam, media untuk menanamkan nilai dan etika. Peserta didik lebih mudah menyerap berbagai nilai karena tidak adanya sikap memerintah atau menggurui. Seorang anak sangat tidak suka apabila dia dinasehati secara langsung. Mendongeng sebetulnya mirip dengan memberikan contoh nyata ke dalam imajinasi peserta didik. Ketujuh, langkah awal untuk menumbuhkan minat baca. Setelah tertarik pada dongeng yang diceritakan, peserta didik diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarkan, kemudian meluas pada buku-buku lain, seperti buku pengetahuan. Kedelapan, miningkatkan keaktifan peserta didik. Dengan mendengarkan sebuah dongeng peserta didik diharapkan mampu menceritakan kembali apa yang telah didengarnya, mengkomunikasikan pendapatnya mengenai cerita yang telah didengarnya. Kesembilan, metode yang paling tepat dan efektif untuk mendidik anak. Sebuah dongeng bisa merangkum berbagai fungsi yaitu sebagai penyampai pesan dan nilai, penambah pengetahuan dan pengalaman batin, juga sebagai hiburan, mendidik emosi, imajinasi dan kreativitas. Lewat dongeng seorang pendidik bisa mengaduk-aduk rasa ingin tahu anak melalui berbagai jenis cerita. Juga dapat menyihir anak untuk selalu ingat berbagai nilai dan pengetahuan yang terselip alam sebuah dongeng.
Sungguh banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan mendongeng. Mendongeng dapat dimasukkan dalam pengajaran yang efektif. Menurut essensinya pengajaran yang efektif adalah pngejaran yang dapat mengubah tingkah laku peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini sejalan dengan manfaat yang ditimbulkan oleh mendongeng. Peserta didik selain mendapatkan pengetahuan dari dongeng yang disampaikan juga mendapatkan contoh-contoh nilai dan perilaku yang baik yang dapat digunakan dalam bermasyarakat. Lalu haruskah budaya mendongeng yang kaya manfaat ini punah begitu saja, karena alasan waktu yang terlalu lama untuk melakukan kegiatan ini.


PENUTUP


Semakin terkikisnya budaya mendongeng di kalangan pendidik disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah waktu yang dibutuhkan relatif lama, kurangnya kemampuan dan kemauan dari pendidik, tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi, kurangnya bahan untuk mendongeng. Karena berbagai faktor itulah para pendidik jarang memasukkan kegiatan mendongeng dalam pembelajarannya. Padahal banyak manfaat yang dapat diperoleh peserta didik melalui kegiatan mendongeng. Manfaat tersebut antara lain adalah mengaktifkan otak kanan, menanamkan nilai, menumbuhkan minat baca, memberikan teladan, memotivasi peserta didik, menumbuhkan empati, mengasah daya piker dan imajinasi, menambah pengetahuan, menambah pengalaman batin, meningkatkan keaktifan peserta didik, mengubah perilaku peserta didik.
Sebaiknya pendidik mulai menggiatkan kembali kegiatan mendongeng. Mendongeng sebaiknya dijadikan mata pelajaran dalam sekolah. Mendongeng sebagai suatu bentuk pengajaran yang efektif sangatlah diperlukan bagi terciptanya masyarakat yang berbudi pekerti luhur. Karena sebuah dongeng dapat ikut mempengaruhi karakter sebuah bangsa.


Daftar Pustaka

http://kickandy.com
http://koesworo.wordpress.com
http://lidahtinta.wordpress.com
http://naunganislami.wordpress.com
http://peridongeng.wordpress.com
http://warungfiksi.net
http://www.padang-today.com
http://www.perkembangananak.com
http://www.suaramerdeka.com
http://www.wawasandigital.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar